HIPISA
(Himpunan Pelajar SMA Negeri 1 Langsa)
(Begitu
sederhana, bersahaja, apa adanya)
Ada
yang bertanya padaku baru-baru ini. Pertanyaan itu disampaikan dengan intonasi
yang menunjukkan bahwa ia merasa heran. Pertanyaannya yang pertama adalah,
sebenarnya HIPISA itu seperti apa sih? Sembari tersenyum, kujawab, “ HIPISA itu
adalah organisasi keislaman sekolah yang belum ada tandingannya dengan
organisasi manapun baik organisasi umum
maupun keislaman pula. Itu terbukti dari beberapa pengakuan alumni.”
Lantas ia kembali bertanya, “Tapi, aneh,
mengapa sekarang anggota HIPISA lain, tidak seperti dulu?” Aku mengernyit,
“Maksudnya?”
“Ya,
contohnya saja yang akhwat, belum lama, kulihat anggota HIPISA cewek yang
sekarang, jilbabnya tak sebesar waktu angkatanmu dahulu?”
“Ouh,
itu biasa. Belum waktunya. Toh, angkatan di atasnya yang baru tamat besar-besar
juga jilbabnya. Tuh, letting Me….”
“Ouh,
ya.. yang kumaksud kan yang leting di bawahnya”
“Mungkin,
kamu cuma lihat sebagian saja”
“Lagian,
memang ada masanya, kok! Dulu adik-adik leting di bawahku juga jilbabnya tidak
sebesar letingku, tapi tetap ada kelebihan mereka, yang tidak dimiliki leting
lain. Intinya, masing-masing leting ada kelebihan dan kekurangannya.”
“Jadi,
mengapa yang alumni, saya lihat sudah banyak yang berubah. Bahkan ada yang dulu
selalu aktif bahkan pernah menceramahiku tentang pacaran, dia sendiri sekarang
pacaran.”
“Ouh,
itu karena iman manusia suka keluar masuk.”
“Jadi,
kemana arti kalimat dakwahnya dulu?”
“Makanya,
HIPISA itu adalah organisasi paling keren menurutku. Ia begitu kuat
pengaruhnya. Bagi yang tengah berada dalam naungannya, bisa dipastikan ia
terjaga dengan aturan HIPISA. Namun, bila keluar dari itu, siapa yang bisa
menjamin? Bukan karena HIPISA itu organisasi keramat, namun sistem yang
dimiliki HIPISA, kekeluargaan yang melekat pada jati diri HIPISA begitu kuat,
prinsip yang dipegang HIPISA pun bukan semata buatan manusia, namun Al-Quran.
Kalau banyak anggota yang telah futur setelah
keluar/lulus dari HIPISA, itu kembali pada diri masing-masing. Toh,
tetap ada yang istiqomah dengan pelajaran yang ditanamkan HIPISA lalu Berjaya.
HIPISA hanya wadah, alat, jembatan untuk memperbaiki diri, sedangkan anggota
HIPISA, hanya konsumen, yang bebas memilih, tetap berpegang teguh dengan
prinsip yang diajarkan, dilatih, atau ditanamkan selama di HIPISA atau memilih
jalan berbeda yang menurutnya itu baik. Jadi, jangan serta merta menjustifikasi
HIPISA itu negatif, hanya gara-gara perubahan segelintir anggota/alumni .”
“Mengenai
politik?”
“HIPISA
itu organisasi dakwah sekolah, bukan partai politik.”
“Yakin?”
“Yakin,
kalaupun ada pihak politik yang dekat dengan HIPISA, itu adalah saudara bagi
kami. Ya, meskipun, tak sedikit pula, anggota/alumni yang kemudian memilih
jalan politik untuk melanjutkan misi dakwahnya. Cara orang kan beda-beda, yang
penting halalan toyyiban.”
“Oh,
begitu.”
“Ya,
ada yang memilih jalan politik, ada yang melalui karya tulis, bisnis,
pendidikan, dan , lain-lain.”
“HIPISA
tetaplah HIPISA.
HIPISA
tetap putih, tidak pernah berubah warna.
HIPISA
tetap tempat menjadi kompas bagi siswa
SMANSA LANGSA .
Mau
disadari atau tidak, anggota HIPISA bahkan alumninya tetap menjadi selebriti
sensasional.
Terbukti,
ada fans yang masih saja memperhatikan HIPISA, bahkan begitu dalam sepertinya.
Itu
pertanda bahwa efek HIPISA begitu besar melekat di bahu anggota/alumni HIPISA
Itulah
HIPISA. Mau anggota/alumninya berubah warna seperti bunglon sekalipun, HIPISA
tetap mempunyai warnanya sendiri. Putih, dan bersinar.”
Cerita ini base on true story
dengan sedikit banyak penambahan.
Lamprit, Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar