Senin, 12 Mei 2014

HIPISA (Himpunan Pelajar SMA Negeri 1 Langsa)

HIPISA (Himpunan Pelajar SMA Negeri 1 Langsa)
(Begitu sederhana, bersahaja, apa adanya)
Ada yang bertanya padaku baru-baru ini. Pertanyaan itu disampaikan dengan intonasi yang menunjukkan bahwa ia merasa heran. Pertanyaannya yang pertama adalah, sebenarnya HIPISA itu seperti apa sih? Sembari tersenyum, kujawab, “ HIPISA itu adalah organisasi keislaman sekolah yang belum ada tandingannya dengan organisasi manapun baik  organisasi umum maupun keislaman pula. Itu terbukti dari beberapa pengakuan alumni.”
Lantas ia kembali bertanya, “Tapi, aneh, mengapa sekarang anggota HIPISA lain, tidak seperti dulu?” Aku mengernyit, “Maksudnya?”  
“Ya, contohnya saja yang akhwat, belum lama, kulihat anggota HIPISA cewek yang sekarang, jilbabnya tak sebesar waktu angkatanmu dahulu?”
“Ouh, itu biasa. Belum waktunya. Toh, angkatan di atasnya yang baru tamat besar-besar juga jilbabnya. Tuh, letting Me….”
“Ouh, ya.. yang kumaksud kan yang leting di bawahnya”
“Mungkin, kamu cuma lihat sebagian saja”
“Lagian, memang ada masanya, kok! Dulu adik-adik leting di bawahku juga jilbabnya tidak sebesar letingku, tapi tetap ada kelebihan mereka, yang tidak dimiliki leting lain. Intinya, masing-masing leting ada kelebihan dan kekurangannya.”
“Jadi, mengapa yang alumni, saya lihat sudah banyak yang berubah. Bahkan ada yang dulu selalu aktif bahkan pernah menceramahiku tentang pacaran, dia sendiri sekarang pacaran.”
“Ouh, itu karena iman manusia suka keluar masuk.”
“Jadi, kemana arti kalimat dakwahnya dulu?”
“Makanya, HIPISA itu adalah organisasi paling keren menurutku. Ia begitu kuat pengaruhnya. Bagi yang tengah berada dalam naungannya, bisa dipastikan ia terjaga dengan aturan HIPISA. Namun, bila keluar dari itu, siapa yang bisa menjamin? Bukan karena HIPISA itu organisasi keramat, namun sistem yang dimiliki HIPISA, kekeluargaan yang melekat pada jati diri HIPISA begitu kuat, prinsip yang dipegang HIPISA pun bukan semata buatan manusia, namun Al-Quran. Kalau banyak anggota yang telah futur setelah  keluar/lulus dari HIPISA, itu kembali pada diri masing-masing. Toh, tetap ada yang istiqomah dengan pelajaran yang ditanamkan HIPISA lalu Berjaya. HIPISA hanya wadah, alat, jembatan untuk memperbaiki diri, sedangkan anggota HIPISA, hanya konsumen, yang bebas memilih, tetap berpegang teguh dengan prinsip yang diajarkan, dilatih, atau ditanamkan selama di HIPISA atau memilih jalan berbeda yang menurutnya itu baik. Jadi, jangan serta merta menjustifikasi HIPISA itu negatif, hanya gara-gara perubahan segelintir anggota/alumni .”
“Mengenai politik?”
“HIPISA itu organisasi dakwah sekolah, bukan partai politik.”
“Yakin?”
“Yakin, kalaupun ada pihak politik yang dekat dengan HIPISA, itu adalah saudara bagi kami. Ya, meskipun, tak sedikit pula, anggota/alumni yang kemudian memilih jalan politik untuk melanjutkan misi dakwahnya. Cara orang kan beda-beda, yang penting halalan toyyiban.”
“Oh, begitu.”
“Ya, ada yang memilih jalan politik, ada yang melalui karya tulis, bisnis, pendidikan, dan , lain-lain.”
“HIPISA tetaplah HIPISA.
HIPISA tetap putih, tidak pernah berubah warna.
HIPISA tetap tempat menjadi kompas  bagi siswa SMANSA LANGSA .
Mau disadari atau tidak, anggota HIPISA bahkan alumninya tetap menjadi selebriti sensasional.
Terbukti, ada fans yang masih saja memperhatikan HIPISA, bahkan begitu dalam sepertinya.
Itu pertanda bahwa efek HIPISA begitu besar melekat di bahu anggota/alumni HIPISA
Itulah HIPISA. Mau anggota/alumninya berubah warna seperti bunglon sekalipun, HIPISA tetap mempunyai warnanya sendiri. Putih, dan bersinar.”

Cerita ini base on true story dengan sedikit banyak penambahan.

Lamprit, Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar