Selasa, 27 Januari 2015

Tiada yang Tahu



Malam memang tak senantiasa mengabarkan tentangmu
Pun siang tak selalu mengirim pesanmu lewat angin sepoinya
Perlahan waktu melebur jadi cerita
Hingga aku senantiasa menyimpannya melalui kisah
Sama.
Seperti tentangmu
Waktu-waktu bersamamu terlalu berharga untuk kuabaikan
Segala peluhmu telah kurasa
namun asinnya tak mampu kumangsa

Jarak memang terbentang
Waktu pun senantiasa berlalu
Kerut di wajah semakin jelas
Uban tersebar di seluruh penjuru kepala

Aku yang berjuang di sini
namun bukan berjuang
kau yang di sana selalu menanti kabarku
justru merasakan beban yang lebih
namun bagimu bukan beban

Terkadang
aku rindu serapahmu
manakala aku pulang bersama azan maghrib menggema

Tak jarang
aku haus candamu
manakala kita duduk berdua menatap langit sore di selasar rumah

Sering
aku terngiang petuahmu
manakala aku curahkan segala keluh kesah
Kala kutanya tentang cita-cita,
Kau tersenyum dan berkata, “Bersungguhlah, maka kau bisa”
Kala kutanya tentang cinta,
Kau  tersenyum dan berkata, “Akan indah pada waktunya”

Oh, Ibu…
Sesekali, kutangkap bayangmu dalam mimpi
tengah merintih
berdoa, memohon, pada-Nya
agar senantiasa menjauhkanku dari petaka
agar selalu melindungiku dari perbuatan mengundang murka

Oh, Ibu…
Entah hingga kapan aku mampu
Entah seberapa besar aku sanggup
membayar jasamu
tiada yang tahu











Tidak ada komentar:

Posting Komentar