TAK KENAL? MAKANYA, TA'ARUF DULU...,YUK!
Ini merupakan serial yang gak
seru, gak keren, yaa.. biasa-biasa aja. Jadi, kok si penulis PD banget, ya, nge-posting
ini cerita? Ya, gak kenapa-kenapa, sih! Suka-suka aja! Masalah buat loe? Kalau
mau baca, silahkan! Kalau gak suka, pergi sana! Gukk…gukk…gukk! (Loh?)
Langsung aja dah, kelamaan
basa-basi, ntar malah jadi basi beneran lagi!
Serial ini berkisah tentang tiga ababil alias ABG labil yang baru tamat dari SMA dan hendak ngelanjutin
pendidikan ke perguruan tinggi. Ya. “Universitas Jantong Hatee” adalah pilihan. Letaknya yang di ujung Sumatera
sebelah barat mengharuskan ketiga cewek ini keluar dari sarangnya dan berhijrah
ke sana. Sekedar tahu, mereka tidak berasal dari daerah yang sama. Laila
berasal dari pelosok Aceh Utara, Mala dari pesisir Aceh Selatan dan Sela, gadis
turunan Aceh lahir dan besar di kota metropolitan-Medan.
Nurlaila yang merupakan gadis
pertama pemakai kacamata di kampungnya ini sejak SMP jatuh hati dengan
pelajaran IPA. Awalnya, ia suka karena guru pelajaran tersebut tidak lain adalah
first love dia. (Duileee :D) Yaa…,
walau malang nasib Laila sebab cintanya yang bertepuk sebelah tangan sejak
kelas 1 SMP hingga kelas dua SMA itu harus pupus karena sang guru mengakhiri
masa lajangnya bersama salah satu guru muda yang baru mengajar di SMP-nya saat
ia telah duduk di bangku SMA. (Kaciaan… L)
Biarpun begitu, Laila sudah terlanjur jatuh hati dengan IPA. Ia kerap menang
mengikuti kompetisi cerdas cermat IPA antar dusun, kampung hingga kecamatan.
Makanya, saat berhasil membujuk sang ayah untuk bisa kuliah di UJH itu,
segera ia memilih Sains di urutan
terdepan.
Sedang Mala alias Cut Malahayati,
lahir sebagai gadis pesisir yang telah akrab dengan dongeng-dongeng leluhur
sejak kecil. Nenek moyang Mala yang notabene memiliki catatan sejarah sebagai
nelayan yang akrab dengan mantra-mantra sebelum datangnya islam berpengaruh
pada para cucu hingga cicit. Mulai dari kakek dan nenek, ibu, ayah hingga ia
dan sepupu-sepupunya mahir bersyair. Tak heran, satu buku harian Mala penuh
dengan puisi dan cerita pendek kental sastra. Kamarnya pun dipenuhi puisi-puisi
artistik yang ia kreasikan sendiri. Bersebab tak ada jurusan sastra murni di Aceh lantas tak mendapat izin merantau ke luar Aceh, tak heran, jurusan Bahasa dan
Sastra Indonesia menjadi urutan pertama dalam daftar pilihan tes masuk PTN UJH.
Siti Sela Dara Phonna, anak
sulung dari tiga bersaudara. Lahir dan besar di Medan. Walau demikian, Ayah dan
Ibunya selalu menanamkan nilai-nilai islam dan budaya Aceh terhadapnya dan
adik-adiknya. Lantas, usai melaksanakan UN, Ayah langsung to the point, meminta Sela untuk kuliah di UJH, Banda Aceh. Sela si
sulung yang memang penurut abis, ya nrimo
aja. Lempeng kayak jalanan baru diaspal. Berbeda dengan Laila dan Mala, Sela
tak mendapat kepercayaan untuk memilih jurusan yang ia impikan, IT. Bukan
karena orang Medan banyak yang suka dengan jurusan Hukum, atau karena kedua
orangtua Sela yang keduanya adalah Sarjana Hukum. Hal ini disebabkan karena minimnya kepercayaan orangtua kepada Sela dalam memutuskan sesuatu tentang hidup Sela. Sela…Sela…kasian…kasian… mau jadi
apa si sulung pendiam ini kalau nanti ia jadi kuliah di jurusan yang mengharuskan setiap mahasiswanya untuk
banyak bicara itu? (-_-") Allahu'a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar