Sabtu, 17 September 2016

HALAL BI HALAL Manjahhh Ala Ala

Makan siang beretoh di rumah baru cutda Aini

Jameun, pada zaman presiden Suharto, manakala Buya Hamka sempat dipenjara oleh sebab suatu tindakan yang ia lakukan. Tindakannya itu mengundang banyak reaksi, pro dan kontra. Singkat kisah, ia pun dibebaskan. Saat itu, presiden dan seluruh staf istana menyambutnya dengan hangat. Saat bersalam-salaman dengan presiden beserta menteri dan staf kepresidenan, ia mengucapkan sebuah kalimat bahasa Arab “Halal Bi Halal” yang bermakna lebih kurang ‘maaf dan memaafkan' atau ‘saling memaafkan’. Saat itu, tentu banyak jurnalis yang turut hadir untuk memperoleh informasi. Selaras dengan menyebarnya berita, kata “halal bi halal” pun ikut menyebar. Dan, perlahan akrab bagi masyarakat  Indonesia hingga kini.  Itulah sejarah lahirnya istilah “halal bi halal”. Istilah itu tidak kita temukan di negara lain.  Jika pun ada di negara Arab, bukan sebagai suatu sebutan terhadap suatu budaya seperti yang ada di Indonesia. Ya, di Indonesia, kita menggunakan istilah itu sebagai padanan kata lain dari “silaturahmi”.
kediaman kak Eky and family

siluet keren di rumah kak Eky

Betewe, eniwe, baswe, belum lama ini, saya dan beberapa kawan FLP Banda Aceh melakukan kegiatan mulia ini. Ya, kami melakukan kegiatan Halal bi Halal dari rumah ke rumah yang jaraknya lumayan bikin greget. Namun, ya, alhamdulillah, walau sedih karena tidak dapat mengunjungi beberapa rumah lainnya, kami sudah kenyang dengan beberapa makanan dari rumah-rumah yang sempat kami kunjungi. Terutama, saat makan siang di rumah Cutda Aini Aziz… sungguh, masakan beliau lazizzz!

Hal yang menarik pun sempat kurekam, antara lain:
  •   Pada rumah pertama (rumah kak Isni) kami mendapat suguhan air sirup kuning, sisanya sirup merah semua. Sirup merah lebih menggoda. Kak Aini saja berulang kali gelasnya bocor dan terpaksa minta tambahan. Kami pun akhirnya ikut-ikutan. Dari sini kami menyimpulkan bahwa, kak Isni memang bedaaaahhhh! :D
  • Pada setiap rumah mesti ada kue bawang. Biasanya kalau gak habis, bisa dimakan pakai indomie atau nasi, begitu kata orang.
  • Kami tidak lupa foto-foto manjah, terutama di rumah terakhir karena entah bagaimana gambarnya bisa bagus banget di situ, wajah kami pun terlihat bercahaya seperti purnama.
  • Kami salah trik, seharusnya datang ke rumah Bang Fery pada urutan pertama karena ada es krim. Gara-gara telat kali datang, es krimnya cuma dapat 2 cup. Jadilah, saya, dexcut, Nita dan k Aini gongsi 1 cup sementara dexmats sendiri 1 cup. Maklum, dexmats yang sedari pagi udah heboh mengampanyekan tentang es krim itu.
  • Kue buatan adek Bang Fery enak dan lemak, walau katanya nggak berhasil. Kalau kata kak Aini, “Gagal aja begini, apalagi kalau berhasil.” Terbukti, tidak sampai 1 menit, kue itu ludes tinggal kenangan. Sempat sisa satu, karena sama-sama gengsi alias malu…tapi saya ga tahan lalu melahapnya, tak peduli dengan tatapan penyesalan mereka.
  • Kami mendapat banyak ilmu tentang blogging dari k Eky. K Eky dan family emang warbiassah, apalagi Abel yang super lucu dan polos. Teringat waktu di rumah k Aini, Kak Aini bilang, “Preh beuh, loen neuk peuget ie dilee”. Suami k Eky menjawab, “Saya  susu beuh!” Abel dengan polos menyambung, “Adek susu coklat beuh!”
  • Di rumah kak Aini, kami dijamu oleh makanan yang lezat. Saya pun jadi tahu bagaimana lezatnya “sie reuboh” itu. Bener-bener laziz masakan kak Aini Aziz! (walau saya belum tahu pasti itu masakan beliau apa bukan). Saat itu, kak Aini sempat beberapa kali mengatakan “pajoh beumangat beuh, walau hana eungkot,” kira-kira begitu bunyinya. Kak Eky pun berkali-kali menjawab, “Peu hana eungkot, nyoe lheu.” Kak Aini juga berulang kali menjawab, “Itu kan sie mandum kak”. Kami kira kak Aini bilang-bilang "hana eungkot" untuk merendah, rupanya ia sedang berbicara sebuah kenyataan. Di Aceh ini, kalau makan biasanya harus ada ikan. Bisa dibilang itu lauk wajib.
  • Kami makan rujak jambu air di rumah dekxmats, ada tiga macam bumbu pelengkap. (1) garam dan cabai rawit, (2) cuka, garam, gula. (3) kecap masin dan gula. Semuanya makan dengan suka cita. Tapi, sayang, tidak ada dokumentasi. Gara-gara fokus makan rujak jambu. Oiya, dekxmats sempat kami kerjain, kami suruh ambil ini ambil itu dengan harapan ia akan langsing seperti dulu tapi sepertinya gagal. Yang manjat Abel dan papanya, kak Eky yang nampung di bawah, kami kami yang makan. Pada akhirnya, jambu masih bersisa banyak. Kak Eky berusaha menawarkan pada kami agar ada yang mau membawa pulang tapi kami kompak menolak. Wajah kak Eky saat itu antara sedih dan senang. (peace kak Eky!)
  • Saya salut sama dexmat dan kak Aini. Diam-diam mereka memiliki kesamaan; lebih baik tanya langsung (tabayyun) daripada dengar kata orang. Jadi, ceritanya, saat sampai di rumah kak Eky, dexmats bertanya tentang asal muasal kak Eky dan suami. Setelah disebut, dexmats pun menanyakan langsung perihal mitos/pandangan kurang bagus yang berkembang dalam masyakarakat kita terkait sebuah kebiasaan yang ada di daerah asal muasal kak Eky dan suami. Pertanyaan itu pun dijawab dengan tenang dan lugas oleh kak Eky dan suami tercintanya. Nah, begitu nyampe di rumah kak Aini, pertanyaan sama pun terlontar dari mulut kak Aini. Wah, sayang, saat itu tidak ada yang menyadari bahwa dexmats dan cutda Aini sehati. :D
  • Kami berencana makan bakso setelah itu, tapi berhubung hari sudah petang maka dibatalkan. Dan satu hal, kami gak rela kalau kak Aini nanti berubah jadi angsa. Kata kak Aini, “Kakak gak boleh pulang telat, nanti berubah jadi angsa, putri salju.” Sungguh, kak Aini mengatakannya dengan sangat PD. Awalnya kami manggut, tapi selang beberapa detik, wajah kami berubah aneh, “Kak, maksudnya gi mana ya?” Kak Aini mengulang penjelasannya. “Itu loh, berubah jadi angsa, putri salju.” Trus Nita bilang, “Kak, bukannya putri salju makan apel lalu pingsan? Saya dan dekxcut mengiyakan sambil senyum-senyum menyeringai. “Kalau yang kak Aini maksud itu namanya swanlake, angsa danau, Kak” dexcut menimpali. Kini, giliran wajah kak Aini yang berubah aneh. Kami pun ketawa terbirit-birit sampe-sampe Bang Fery dan dexmats ikut terbirit-birit juga.”Droen yakin thaat saat mengucapkannya kak Aini,” sambung dexmats dengan wajah merona merah menahan tawa.

 
wefie manjah bentar di istana Nita

Rumah kunjungan terakhir-padepokan bang Fery

Ya, begitu lah kira-kira deskripsi narasi pengalaman “Halal bi Halal” bersama anggota FLP Banda Aceh kemarin (beberapa hari yang lalu). Selalu ada hikmah dalam melakukan Halal bi halal, selain yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. bahwa akan dipanjangkan umur bagi kita yang menjalin silaturahmi pada sesama. Beberapa di antaranya: kenyang makan gratis, penghilang stress, mengenal jenis makanan baru, mengenal orang baru, berasa traveller (karena perjalanan jauh) dan masih banyak lagi. Terakhir, saya akan bagi satu rahasia tentang Aceh. Orang Aceh ini gemar sekali menjamu tamu. Maka, jika mampir di Aceh, jangan pernah takut lapar.



6 komentar:

  1. rupanya saya dikerjain, padahal di dapur Mamak saya bilang "nyan ka dipeuhek le ngen"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahha
      Jadi dekmat ga sadar??? :D
      Sabar ya dekmatt...kami jg sebenarnya telat sadar klo ud ngerjain dekmat :D wkwkwk

      Hapus
    2. Hahahha
      Jadi dekmat ga sadar??? :D
      Sabar ya dekmatt...kami jg sebenarnya telat sadar klo ud ngerjain dekmat :D wkwkwk

      Hapus
  2. Menyusuri aceh besar emang berasa jadi traveller kak. Icut baru nyadar kemarin wkwk :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya dek...kk sampe speechless di jalan...apalagi waktu ke rumah Nita...kita melalui jalan bebatuan yang lumayan panjang :D hahaha :D

      Hapus
  3. Rumah kk ga ada yg ingat utk foto ya :(

    BalasHapus