Assalamu'alaikum,
kangkawan! Masih ingat dengan Dapur alias Dara Puspita Rahma? Itu loh, si
muslimah konyol sepanjang masa.... Hehehe. Ini nih, serial pertama berhikmahnya.
Semoga bermanfaat, ya, kangkawans! Selamat menyantap!
Gegana (Gelisah, Galau, Merana)
![]() |
https://www.google.co.id/ |
Dara menatap jendela. Hujan
tak kunjung reda. Konser musik keroncong di perut sepertinya akan dimulai. Oh,
baru saja dia ingin mengomel, tapi buru-buru ditutup mulutnya ketika ingat baru
saja ia meng-upload foto di instagram. Foto ilusrasi hujan dengan caption-nya
yang seperti biasa, baginya itu keren “hujan adalah sebentuk cinta
dari-Nya. Nikmati! Gauli! jangan kau maki!” Tapi, kenyataannya, ia
telah berulangkali hampir meracau karena kesal hujan gak kunjung reda. Sekali
saja dia mengeluarkan uneg-unegnya! Bersiap-siaplah! Dijamin serentetan
komentar dari temannya akan meluncur. Kemudian, jatuhlah martabaknya, hilanglah
arwahnya. Sejam, dua jam, jarum jam terus bergerak seiring hujan yang masih
saja gak bosan turun dengan gairahnya.
Dara pun memutuskan mengambil
payung di pojok atas lemari, membersihkannya dari debu-debu yang menempel.
“Iyuhh, ini yg bikin males!” Fuh! Fuh! Setelah
beres, dirapatkan jaketnya, ditembusnya hujan. Tak ada jalan lain, ia terpaksa
keluar berjalan kaki menuju rumah makan terdekat untuk membeli makanan. “Dara,
mau beli makanan ya? Nitip, ya!
“Aku juga ya!”
“Aku juga!”
“$%^^^^”
“Aku pake telor”
“Aku ayam, ehh ikan aja,
ehhh telur aja deh!”
Tiba-tiba Dara berubah jadi
batu.
***
Jalanan becek. Dara
sebenarnya enggan mengenakan kaos kaki. Toh, percuma! Bakal kuyup juga plus kotor
pula. Namun, ia tepis jauh-jauh pikiran itu. Diambilnya kaus kaki yang baunya
kadung bikin pingsan. Disemprotnya parfum sedikit untuk menutupi bau walau
akhirnya justru semakin aneh. Hatinya meringis, ”dasar, punya temen
pada mau enaknya doang! Begitu ditanya ada yang mau nemenin gak? Semuanya pada
berubah jadi tunarungu dan tunawicara. Nyebelin! Hufhhhh…, astaghfirullah!” Belum
habis omelannya, melintas lah sebuah mobil dengan kecepatan lumayan cepat di
sisinya, dan Byuuur! Setengah tubuh Dara terciprat lumpur. “Ya
ambruuukk! Grrrrr! Dasar anggur, pisang, jambu @##$$%%%” Dara nyerocos
sepanjang jalan. Ingin rasanya ia mengambil batu besar yang ada atau kalau
perlu HP bututnya untuk dilempar ke kaca belakang mobil itu. Tapi, percuma. Ia
tak punya nyali. Nyaris saja dia berbalik arah namun urung setelah perutnya
berbunyi untuk kesekian kali. Begitu lah Dara, dia memang nggak nyaman sebelum
mengeluarkan uneg-unegnya. Terlebih akhir-akhir ini. Dia susah mengontrol esmosinya,
maunya marah melulu, padahal lagi gak kedatangan tamu bulanan. Tak terasa, ia
pun tiba di rumah makan atau akrab disebut Warung Padang itu. Setelah memesan,
didengarnya suara muratal mengalun indah dari radio yg disetel, seketika
ditepuk jidatnya. “Ohh iyaa!” Semua mata pun tertuju padanya. “Ups, sorry!”
Dara nyengir kuda lalu garuk-garuk kepala. Kali ini memang gatal. “Pantes
akhir-akhir ini aku suka rewel, ngedumel. Aku kan tiga hari ini sibuk jadi
panitia acara penerimaan mahasiswa baru di kampus sampe-sampe nggak sempet
ngaji. Hufh!” Serunya dalam hati. Ia sadar betul bahwa seabrek
kegiatan pun tidak bisa dijadikan tameng untuk tidak mengaji. Dara tiba-tiba
teringat kejadian kemarin saat ia melihat Putri sedang tilawah di sela-sela
kegiatan. Saat itu dia lebih tergoda untuk ber-cang panah dengan
teman-teman lain. Tuh kan, sekarang aja deh baru nyesel. Sesampai di indekos,
dia pun mengisi perutnya, lantas salat zuhur. Tak lupa kali ini dibacanya
Al-Qur'an. Seketika hatinya merasa tentram. Seperti biasa, “ahh,
Alhamdulillah. lega rasanya.”
***
Nah, guys! Pernah
nggak, ngerasain kayak Dara? Seharian bawanya pengen nelen orang melulu! Atau
sekali ada yang nyenggol, pengen dibacok? Padahl lagi nggak kedatangan tamu
bulanan? Nah, bisa jadi, itu karena kita jauh dari Al-quran. Dara emang suka
gitu kalo sehari aja nggak ngaji, gimana lagi kalo berhari-hari? Bukannya mau jampok (narsis)!
Tapi, emang begitu lah adanya ia. Makanya, Dara selalu mengaji bakda maghrib
dan subuh. Walau cuma satu halaman tapi kontinu ia lakukan. Makanya, bener pake
banget kuadrat kalo Al-quran itu dibilang sebagai obat manjur.
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّ خَسَارًا
“Dan
Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur`an itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang dzalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra`: 82)
Kebiasaan nih, di
kampungnya Dara, kalau udah remaja, nggak ngaji lagi dib alai pengajian. Kalau
ditanya, jawabannya, “dulu waktu kecil ada ngaji kok! Sekarang kan udah gede!
Temen-temen yang sepantaran udah pada gak ngaji juga. Males kawannya anak kecil
semua!”
“Oh, jadi sekarang ngajinya
di rumah, ya?”
“Hmm. Enggak juga sih!”
Kali ini volume suaranya mengecil.
Gedubrak! Dara geleng-geleng kepala mendengarnya.
Ternyata, hal serupa
terjadi pula di lingkungan kampusnya, terutama di indekos. Parahnya, bukan
hanya ngaji yang ditnggalkan melainkan salat juga! Nauzubillah! Makanya
pandai-pandai cari lingkungan ya, guys! Itu tingkata ibadah ya,
manteman! Ada lagi yang sampe kehilangan akidah. Gak percaya? Dududu, salah
satu kampus ternama kita di Tanah Rencong ini pernah jadi target operasi para
perusak akidah loh kangkawan! Mirisnya, kebanyakan dari mereka yang dijadikan
target adalah mahasiswa yang dikenal cerdas! Makanya, cerdas ilmu dunia aja gak
cukup kalau gak dibarengi kecerdasan spiritual dan emosional. Caranya gi mana?
Ya, kan tinggal browsing Al-Quran. Segala hal tentang hidup
kita sudah diatur di dalamnya, kalau belum ngerti, ada hadist yang akan
menjelaskan lebih rinci. Belum paham juga? Masih banyak ulama yang bisa kita
jadikan tempat bertanya. Jangan main sok kepandaian, dipendam sendiri. Nah loh,
kalau sudah begitu kejadiannya, gak kuat-kuat pendirian, jadi keikut arus.
sayang kan? Na’udzubillah.
“Permisalan teman yang baik
dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai
besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa
membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau
harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai
pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak
sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Allahu a’lam bish sawab
Terbaik!!!!!!
BalasHapusIlustrasi gambarnya juga suka meski gak mewakili isi cerita. Tak kirain, Dara ini jago bela diri. Tapi secara keseluruhan, aku sih yes kuadrat lah ya. :D