Selasa, 22 April 2014



Inaugurasi FLP : Rasa Strawberry
(Edisi: Bundo Kami Sayang, Bundo Kami Malang)

Ada banyak hal yang menjadi kenangan di inaugurasi FLP kali ini. Sebelumnya, saya ingin menjelaskan alasan mengapa memilih judul di atas.
Menurut hemat saya, strawberry mempunyai filosofi asam di awal, namun manis di akhir. Maksudnya, saat strawberry pertama kali memasuki liang mulut, lalu tergiling oleh gerigi yang bertugas meremukkan setiap makanan, selanjutnya indra pengecap rasa akan memberi reaksi asam. Setelah itu, kita terus mengunyahnya hingga remuk. Hingga pada akhirnya strawberry remuk itu dikeluarkan melalui pintu belakang dan terjun di perosotan yang bernama kerongkongan. Nah, saat strawberry remuk itu berada pada pintu belakang mulut itulah, ia terasa begitu manis. Sehingga tak jarang saya pribadi mengendapnya selama beberapa menit agar dapat merasakan manisnya lebih lama.

Sama halnya dengan inaugurasi FLP 2014 yang telah saya lewati kamarin. Asam karena sejak awal ditugasi tugas yang sempat diragukan akan penyelasaiannya. Soalnya, kita kan sabe melaksanakan yang namanya pembekalan materi. Kalau pun ada waktu luang, itu hanya berlangsung sebentar. Alhasil, malam minggu kami habiskan dengan memadu kasih bersama buku. Dan, saking mesranya, pukul 03.00 perpaduan asmara itu baru berakhir.  Pada akhirnya, saya merasa “Loh, ini hari terakhir ya? Bentar lagi kita mau pulang ya?” Semuanya berakhir. Dan, terasa begitu berat untuk itu.
Begitulah filosofi strawberry ala Cut Atthahirah. Ntah apa? -___-“

Ada banyak hal unik dan menarik yang sulit untuk dilupakan, namun secara umum mungkin telah ditulis oleh teman-teman. Maka, saya hanya ingin menyampaikan yang ini saja.

Bundo kami sayang, Bundo kami malang

Kamar 20 adalah kamar yang mempunyai misteri sendiri. Betapa tidak, menurut pengakuan beberapa tetangga (akhwat di kamar sebelah), kamar kami selalu ramai. Di kamar yang nyaris tak serupa dengan kamar hotel bintang lima namun sangat membuat nyaman itu, kami berlima (keluarga Cemara) tinggal berbagi kisah kasih. Ada Bundo (Kak Nurul Hidayati), yang telah lama menjanda namun tetap tegar menghidupi dua upiknya Indah dan Yasmin. Walau demikian, Bundo tidak sungkan menerima adik bungsunya (Cut) untuk turut nebeng di istana mungilnya itu. Bahkan, tak jarang adik Bundo yang nomor dua (Kak Saumi) bersilaturrahmi dan menginap di rumah bila sedang ditinggal suaminya ke luar negeri. Luar biasa. Bundo memang sangat kami sayangi.

Suatu malam, ketika malam pertama di istana sederhana itu, lampu kebat-kebit terus hingga kami terlelap. Mungkin karena tidak cukup arus. Sebelumnya, tepat saat kami barus saja menyelesaikan tilawah, lampu padam. Saat itu, Uni yang lebih nyaman kupanggil “Bundo” itu ternyata tengah menggosok gigi di kamar mandi. Kami bertiga, Saya dan dua ponakan saya Yasmin dan Indah dengan begitu polos tak menyadari akan kesulitan Bundo di kamar mandi. Kami justru berkelakar di kamar selama Bundo tengah berjuang mencari di mana odol dan sikat giginya terjatuh. Dia meraba-raba, dan ya! Alhamdulillah ia berhasil mendapatkan dua benda sakral itu. Karena gelap begitu pekat, Bundo dengan tak sabar segera keluar. Sayang! Dia kebentur pintu. Ia tak sadar bahwa pintu kamar mandi telah ia kunci. Sekali lagi, ia berjuang meraba kunci untuk dapat membuka pintu. Berhasil. dan ia pun dapat bernafas karena mendapat secercah cahaya dan udara yang lebih. Beruntung, sinar bulan sedang terang malam itu. Yap! Sekali lagi, Bundo kejedut pintu masuk kamar. Biasanya pintu itu tak pernah kami tutup, tapi entah mengapa malam itu ia tertutup. Bundo pun kembali berusaha meraba pegangan pintu dan ya! Kami semua spontan terkejut melihat sesosok tubuh lusuh yang tak jelas bentuknya, hanya dengan bantuan latar belakang cahaya bulan, ia tampak seperti manusia. Sesaat hening, namun sesaat kemudian, “Kalian tegaaaaa!!!!” Kami hanya bisa terbahak tanpa sempat meminta maaf.
***
Minggu, 20 April 2014, Lubuk, Ingin Jaya. Aku, Indah, Yasmin, dan Uniku Saumi dengan tergesa berlari menuju aula. Sebelumnya, aku sempatkan diri untuk memastikan kamar mandi kosong, dan kukuncilah pintu belakang, takut lupa. Sesampainya di aula, kami mengambil teh serta posisi duduk. Bersenda gurau dengan peserta lain sembari menonton video unik yang diputar panitia. Selang beberapa menit, Aya, tetanggaku menghampiri, “Cut, Kamu tau di mana Kak Nurul sekarang?” Aku, Uni Saumi, dan dua ponakanku sangak dan taheu. “Enggak,” jawabku. Kak Saumi, Indah, dan Yasmin geleng-geleng kepala. “Dia terkunci di belakang.” Tanpa banyak cakap, kami bertiga (aku dan dua ponakanku) berlari tunggang langgang menuju istana sederhana itu.
Kamar sepi, berantakan. Hal itu membuat kami risau. Indah dengan cekatan segera membuka pintu belakang. Yasmin terlihat sangat khawatir, maklum anak bontot. Sangat dimanja oleh Bundo. Kepalaku melongo saat menemukan dua kamar mandi kosong. Pintu keduanya terbuka. Kami lantas berteriak, “Bundo di manaaaaa?”
“Bundo di siniiiiiii!”
Tiba-tiba Bundo muncul dari arah rumah tetangga. Dengan kondisi yang sangat memperihatinkan Bundo merengek. “Kalian tegaaaa!” Setelah menjelaskan alasan mengapa pintu terkunci, kami bertiga lantas terbahak. Tak kuasa menyadari kebodohan kami yang senantiasa menzalimi Bundo.
“Syukur panitia masih ada, jadi Bundo bisa teriak-teriak minta tolong dari belakang rumah mereka. Bundo bakal telat ni, Bundo gak mau dapat hukuman! Hik…”
“Haahahahahaha”
Kami terus tertawa sepanjang perjalanan kembali menuju aula. Meninggalkan Bundo dengan ekspresi terzaliminya.
Sekian dan terima kasih.

Ceritanya biasa aja kan?
Ya emang biasa…
jadi, ya biasa aja lah eskpresinya..
OKE! :D


6 komentar:

  1. hha.. kakak saksi ketegaan kalian.. dia hampir menangis karena tak tahu harus bagaimana dengan kondisinya saat itu.

    BalasHapus
  2. bagus tulisannya cut, tapi waktu di turunin layar laptop kebawah, perlu usaha lebih biar gak salah baca baris selanjutnya...
    Bagusnya lebih lebar lagi muatan kata perbaris,, dari segi tulisan top markotop cut..

    BalasHapus
  3. patutlah si Bundo tak banyak berkata-kata selama acara :D

    btw, ini kejadiannya bisa sampai dua kali begini, ya hadirin? atau saya salah paham?

    BalasHapus
  4. lucu mak ciiik....... jadi kangen ahh :""

    BalasHapus
  5. mak ciiiiiiik,,
    itulah kami anak" nakal,,
    hahaha hehehe,,
    ga pa" ,,
    yang penting bundo kami masih hidup...
    hahaha heheheeee,, :D
    n Mak cik, Bundo dan Umi sehat selalu kan???

    BalasHapus
  6. kenangan tak terlupakan ya :) selamat udah jadi FLPers , hehe

    BalasHapus