PAwalnya giliran
Jani. Ia pun menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan padanya. Setelah
ditimbang, ternyata lebih berat amal kebaikannya. Akhirnya, ia pun dimasukkan
ke syurga paling bawah, yakni syurga Khuldi. Betapa bahagia Jani kala itu. Tak
lama kemudian, tiba giliran Icud. Ia pun diminta pula pertanggungjawaban atas
amal perbuatannya selama di dunia. Dan seperti biasa, dia tak bisa jauh dari
kakak tertua. Ia lantas dimasukkan ke syurga Khuldi setelah ditimbang amal
baiknya yang lebih berat. SubhanAllah.
Siti, adik termuda. Ia pun akhirnya
mendapat giliran. Seluruh pertanyaan yang dilontarkan dijawab oleh empunya
perbuatan. Apa yang dibicarakan oleh mulut. Ke mana dilangkahkan kaki. Tangan
digunakan untuk apa. Telinga mendengar apa. Dan lain-lain. Semua telah dijawabnya
dengan jujur. Oleh karena itu, mana kala ia hendak berbohong tentang kejahilan
kakak pertama dan kedua 3PEN selama di dunia, ia tak mampu melakukannya.
Mulutnya terus saja menyerocos tentang perbuatan-perbuatan kakak-kakak 3PEN-nya
yang begitu sering mendhaliminya selama di dunia. Akhirnya, Jani dan Icud pun
yang tengah asik dengan kenikmatan syurga ditransmigrasikan ke neraka. Dan,
Siti pun dimasukkan ke syurga.
Hari terus berlalu. Awalnya Siti sangat
menikmati kenikmatan syurga, bahkan hingga hari keempat pun ia masih merasa
bahagia. Bagaimana tidak? Syurga gitu loh! Tapi, apalah daya. Ikatan cinta 3PEN
begitu kuat di hatinya. Hingga ia merasa sangat rindu dan ingin bertemu dengan
kedua kakak 3PEN-nya. Ia merasa, bertiga adalah lebih membahagiakan daripada
hidup dalam kesendirian tanpa kedua kakaknya. Dalam kerinduannya itu, ia pun
mendapat ide. Ia pun menghadap Tuhan untuk merealisasikan idenya tersebut.
Dalam neraka yang gelap, panas, dan
ganas itu, Icud dan Jani merasa begitu tersiksa. Mereka merasa lapar, dahaga,
kesakitan, dan juga sangat merindukan Siti, adik termuda. Tiba-tiba, sebuah
suara memanggil-manggil, menyebut nama mereka berdua. Mulanya mereka tak
percaya,“Kakak tertua, coba dengar, bukankah itu seperti suara adik termuda?”
Sahut Icud. “Ah, itu Cuma halusinasi kamu saja, adik kedua!” Jawab Jani. “Hmm.
Ya, bisa jadi, bisa jadi. Mungkin karena kita amat merindukannya ya Kakak tertua.”
Imbuh Icud. “Bisa jadi, bisa jadi”. Dan kemudian suaranya makin jelas. “Kakaaak,
Kakaaaaak!” Teriak Siti dari kejauhan sembari berlari menuju arah Jani dan
Icud.“Hahh, Siti! Adik termuda! Mengapa kau
di sini?” Tanya Jani terkejut tatkala Siti mendekat. “Iya Adik termuda,
bukankah tempatmu di syurga?” Sambung Icud keheranan. Siti pun seperti biasa
terdiam sejenak. Ia mengatur nafasnya, lalu berfikir panjang. “Adik termuda!
Mengapa Kau diam?” Tanya Icud tak sabar. “Hmm. Adik termuda, Kau belum berubah
rupanya!” Tambah Jani. Lantas Siti pun bersuara, “Kakak tertua, Kakak kedua,
sesungguhnya adikmu ini sangat menikmati syurga yang sangat besar
kenikmatannya. Namun, apalah daya, aku merindukan kalian Kakak! Aku merasa akan
lebih berbahagia bila terus bersama kalian. Maka, kuputuskan untuk transmigrasi
ke sini. Jadi, kita bisa sama-sama terus! Ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Jani dan Icud pun merasa haru. Mereka lantas berpelukan layaknya di film
teletubis. “Ohh, adik termuda, kau begitu setia!” Kata Jani. “Kau atau aku
belum tentu melakukan ini, Adik kedua!” Imbuhnya. “Hiks, iya kakak!” Timpal
Icud. “Hiksssssss” Pelukan mereka kian erat. Hingga tiba-tiba Jani berkata
“Tapi, ngomong-ngomong , kalau emang mau bersama-sama terus…” “Kenapa gak minta
sama Allah agar kami aja yang ke sana adik termuda? Sambung Icud. Mata Jani dan
Icud melotot ke arah Siti. “Hmm. Iya juga ya? Maaf, Siti gak teringat ke situ.
Siti kira, Siti mau bikin kejutan buat kakak-kakak. Makanyaa…” Celoteh Siti
super polos sembari menggaruk-garuk kepala yang emang gatal karena ketombe.
Mendengar itu, Jani dan Icud pun berseru, “Sitiiiiiiiiiiiii……….!” Lalu tiba-tiba
semuanya menjadi gelap.
"Apabila penghuni Syurga telah masuk ke dalam Syurga, lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia. Mereka bertanya tentang Sahabat mereka kepada Allah:
"Yaa Rabb... Kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami?"
Maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, "Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah." (HR. Ibnul Mubarak dalam kitab Az-Zuhd)
Ibnul Jauzi rahimahullah pernah berpesan kepada sahabat-sahabatnya sambil menangis, "Jika kalian tidak menemukan aku nanti di syurga bersama kalian, maka tolonglah bertanya kepada Allah tentang diriku, "Wahai Rabb Kami... Hamba-Mu fulan, sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau. Maka masukkanlah dia bersama kami di Syurga-Mu."
jadi juga ya...
BalasHapushehehe, semangat dek.., keren ceritanya...
bisa digarap jadi cerita juga yaa, waah kreatif ... :-)
BalasHapusKak Ridha, alhamdulillah kak :D hehehe
BalasHapusBg Azhar, alhamdulillah makasih bg