Kamis, 26 Mei 2016

Serial Catatan Konyol Muslimah Banhyol

Tak Kenal Maka Ta'aruf

Perkenalkan, namanya Dara Puspita Rahma. Teman-temannya senang memanggilnya Dapur. Dia pun senang dipanggil begitu. Menurutnya, itu unik. Menjadi unik berarti dia beda dari yang lain. Tapi, walau demikian, dia paling anti dipanggil begitu di depan beberapa orang; dosen, siswa, orangtua, dan gebetan. Bisa hilang arwahnya, katanya.
Baiklah, Dara, sejak kecil hobi bernyanyi. Keterampilan ini diperoleh dari nenek uyutnya yang dulu adalah penyanyi tidak terkenal di kampungnya. Hal itu ternyata terjadi pula pada Dara. Suaranya tak begitu dikenal. Masih lumayan uyutnya, begitu-begitu dikenal sebagai seorang penyanyi, walau yang mengenal dapat dihitung pake jempol. Nah, Dara? Yang tahu paling cuman cicak, kecoa, semut, atau Kak Ti (Tikus) yang kebetulan lewat waktu dia lagi konser di kamar tidur atau kamar mandi. Dengan dalih suara wanita adalah aurat, ia selalu enggan bila disuruh menyanyi di depan teman-temannya yang semua adalah perempuan.
Ngomong-ngomong soal teman, gini-gini, gadis berlesung cendrawasih ini punya banyak kawan. Sahabatnya pun terbilang banyak, walau tidak sampai sepuluh. Ia patut bersyukur memiliki banyak sahabat karena di luar sana, setau Dara banyak orang yang bahkan menganggap sahabat itu tidak pernah ada. Itu sering ia lihat di status-status facebook orang. Namun, walau banyak, sahabatnya ini mempunyai masa produktif dan tidak. Ada yang sedang jauh di pulau seberang, ada yang di luar kota. Itu lah sahabat-sahabat yang sedang tidak produktif. Terpisah jarak dan waktu. Nah, kalau yang masih satu kota, belum tentu juga dikatakan produktif. Hal itu dilihat lagi dari intensitas pertemuan. Ada yang sangat sibuk sampe-sampe ga bisa ketemu lagi. Itu juga sedang tidak produktif. Begitu aku Dara.
Oiya, Dara ini kelahiran 2 Maret 1992. Ketahuan banget ya, usianya masih belia? Hehe. Ya, papinya aja sampe sekarang masih nganggep dia kayak baby hui yang baru lahir kemarin. Bayangin aja, jauh-jauh papinya datang dari pelosok Medan ke Jakarta naik Honda Beat, demi mengantar laptop baru. Syukur sang ibu, setia menemani di belakang walau sesampainya di kost-an Dara, pantatnya hilang. Adiknya, si Lolo kemana? Tenang! Dia ditemani kawan-kawan animenya! Sesuai slogan kebanggannya! Keep Calm! I love Anime! Bedewe, adik Dara itu masih kelas tiga SMP. Yap, beda umur mereka adalah 9:9x9! Dara akui, ia puas banget tidur ama ortu ampe umur 9 tahun. Ia sempet mikir, kapan emak dan bapaknya sempet buat si Adek? Hem, mungkin saat dia lagi tour ke Bali dalam mimpi. Maybe!
Dara kini kuliah di UI, Fakultas Budaya, jurusan Sastra. Ia sedang menyelesaikan skripsweetnya. Lihat lah! Dia udah nyaris di-dropout! Alasannya, judul skripshitnya gak menantang. Makanya, satu-satunya jalan yang dapat membuat itu menjadi menantang adalah, menyelesaikannya di ujung waktu! Ya! Dara memang selalu punya alasan untuk menjaga arwahnya. But, gitu-gitu dia punya cita-cita mulia, menjadi seorang guru yang menginspirasi banyak makhluk. Makanya, selain kuliah, dia juga disibukkan dengan kegiatan mengajar serabutan. Ia senang tampil di depan. Menurutnya, guru sama dengan selebriti dan motivator. Berdiri di hadapan siswa, sama dengan berdiri di depan ribuan fans yang sedang menikmati aksinya. Ada sensasi tersendiri yang tak dapat diungkap dengan rangkaian huruf, katanya.
Well, mengenai pasangan, ia mengatakan, itu akan datang sendiri. Dia gak mau dipusingkan dengan tetek bengek perasaan galau anak muda sekarang. Walau setiap malam menjelang, di dalam sebuah kamar berukuran 3x3 tiga meter itu, dalam kegelapan ruangan, seorang gadis sering berendam air matanya sendiri. “Huaaaa! Maaaak! Bapakkk! Bertambah satu lagi adik letingku yang kawin! Laki-laki pulaaak! Huhuhuaaaaa! Huaaaa! Hieeksss! Hoeeeks! Cuiih! Demikian suara aneh yang kerap terdengar. Sementara di balik pintu kamar, beberapa pasang kuping menempel. “Pantes, waktu kita bilang malam kemarin ada suara kuntilanak terdengar, si Dapur selow-selow aja!”
“Iya! Malah aku diceramahinnya. Dia bilang, ‘istighfar! Kita ini manusia. Lebih mulia dari kuntilanak atau mamaknya. Jangan takut! Bah, kita tuh harusnya cuma takut sama Allah!’ njeh, begitu katanya!”
ckckckc...huh dasar @#$%^^
@#$%^^2#$%^^&
Begitu lah Dara, pandai menyembunyikan perasaannya, walau ujung-ujungnya ketahuan dan mendapat cibiran.
Namun, walau Dara punya banyak keistimewaan seperti yang udah disebutkan di atas. Ia tetap lah manusia biasa yang punya banyak kelemahan. Beberapa di antaranya, ia tidak pernah sanggup menahan kentut ketika hendak keluar. Maka, dengan sigap ketika itu terjadi, dia mengeluarkan sebuah botol parfum yang kemudian disemprotkannya ke muka orang-orang yang dikentutinya. Selanjutnya, dia juga paling malas mencatat catatan kuliah di kelas. Ada pun beberapa catatannya di buku justru membuatnya sakit kepala lalu berujung demam tinggi ketika ia membacanya lagi. Sebagai solusi, ia selalu merekam perkataan dosennya. Kadang, jika tak puas, ia memfoto kopi catatan kawannya lalu dengan murah hati membagikannya ke kawan-kawan lain yang juga ikutan tidak mencatat. Namun, walau Dara males mencatat, dia termasuk mahasiswa yang paling dikenal oleh banyak dosennya. Ya, dikenal sebagai mahasiswa yang paling telat datang, paling cepat keluar, dan paling berantakan tulisannya ketika ujian. Terkadang dosennya pasrah memberikan nilai karena tidak paham dengan apa yang ia tuliskan di kertas.  Kelemahan lainnya adalah, Dara terlalu murah hati. Ia paling tidak tega untuk tidak memberikan sedekah pada peminta-minta. Maka, bila ada sepuluh peminta-minta yang datang , dia akan meladeninya. Tak jarang, saat ia kehabisan uang receh untuk disumbangkan, maka ia meminjam uang temannya lalu sering lupa untuk dikembalikan.
Ya. Masih banyak kelemahan Dara. Namun, ia terus berusaha menjadi wanita muslimah yang baik. Contohnya, ia senantiasa menutup auratnya. Walau kadang kaus kakinya kotor semua dan dia hanya menemukan dua kaus kaki yang masing-masing kehilangan pasangannya, maka ia tak segan menjodohkan keduanya dan memakainya ke mana-mana. Paling-paling nanti, ada siswanya yang nyeletuk, “Ibu, kok kaus kakinya belang” Atau kawan sekelas yang menyuruhnya untuk. “Dara, buka cepetan tu kaus kaki! Malu-maluin ente!” Dan dia pun menjawab dengan tegas, “Maaf, sobat, selama ente tidak memberikan kaus kaki baru untuk menggantikan kaus kaki ini, ane gak akan buka. Kasian urat ane kelihatan sama mereka.” Mata Dara terarah ke sekumpulan cowo ganteng di sudut sana. Sobatnya pun hanya dapat mengurut dada mendengarnya.

Ya. Sekian dulu kenalannya malam ini. Lain kali, insyaAllah akan kita nikmati bersama-sama kisah-kisah seru Dara Puspita Rahma. Perempuan Muslim yang senantiasa berusaha menjadi manusia lebih baik. Yeah, walau terkadang sedikit berlebihan dan terkesan aneh. See you!  J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar