Judul Novel : Tahajud Cinta di
Kota New York
Penulis : Arumi Ekowati
Penerbit : Zettu
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 416 halaman
Sinopsis
Novel ini berkisah tentang
kehidupan seorang gadis bernama Dara Paramitha di kota besar, New York. Kehidupan
barunya dimulai sejak pertemuannya dengan seorang gadis muslimah asal China
bernama Aisyah Liu. Pertemuan itu terjadi manakala Dara membantu Aisyah saat ia
kesulitan mendapatkan tempat untuk makan siang di kantin kampus. Sebelumnya,
alih-alih mendapat tempat kosong, Aisyah Liu justru mendapat cibiran dari
mahasiswa-mahasiswa lainnya. Cibiran itu diperoleh akibat penampilannya yang
menurut mereka mencolok ditambah image muslim
di kota tersebut yang memburuk setelah kejadian hancurnya gedung WTC.
Dara adalah gadis keturunan orang
terpandang di Jakarta. Ayahnya pengusaha besar. Selain karena kemampuan
finansial, kecerdasan Dara juga menjadi jalan baginya untuk dapat masuk ke
Universitas Columbia. Ayahnya berharap kelak ia dapat mengaplikasikan ilmu
bisnisnya untuk meneruskan usaha ayahnya.
Secara fisik, Dara gadis Asia
yang berkulit sawo matang dan berlesung pipi. Ia tampak manis apalagi ketika
tersenyum. Penampilannya modis. Banyak dari pakaian maupun aksesorisnya bermerk
mahal. Banyak lelaki di kampus yang diam-diam menyukainya, termasuk Brian.
Bedanya, Brian terlalu agresif sehingga membuat Dara jengah. Secara inner, Dara adalah gadis yang supel dan
gaul. Ia terbuka pada setiap golongan, agama, ras maupun sosial. Hal itu
membuatnya banyak mengenal dan dikenal di kampusnya.
Awalnya, Dara memang sekadar
ingin membantu Aisyah Liu untuk memperoleh tempat duduk untuk makan. Namun,
pertemuan itu ternyata menjadi awal persahabatan mereka. Melalui gadis bermata
sipit itu, Dara meraih hidayah-Nya. Awalnya, Dara hanya tertarik pada
penampilan dan perilaku Aisyah yang begitu bersahaja dan santun, tidak seperti
banyak gadis muslim di negara asalnya apalagi di tempat dia kuliah saat ini.
Sebelumnya, mereka memang sempat satu kelas kuliah, namun Aisyah tidak
menyadari bahwa Dara diam-diam memerhatikannya.
Beberapa bulan berlalu, Dara pun
mantap berhijrah. Awalnya, Aisyah tidak yakin, namun Dara bersungguh-sungguh
menunjukkan keseriusannya. Hal itu benar ia buktikan, tidak sekadar dalam hal
penampilan tapi juga ibadah, amal serta perilaku sehari-hari. Ia perlahan
menjadi muslimah yang taat. Ia meninggalkan dunia gemerlapnya, seperti;
gonta-ganti teman kencan, minum alkohol, memakai pakaian kurang bahan,
meninggalkan shalat lima waktu, tidak berpuasa di bulan Ramadhan sejak di New
York, dan perilaku-perilaku kelam lainnya.
Awalnya, perubahan itu mendapat
perlawanan dari beberapa pihak, terutama sahabatnya sejak SMP yang juga
sekaligus teman sekamarnya, Keira. Keira sangat mengenal Dara. Ia dan Dara
sama-sama tergila-gila dengan dunia fashion. Ketertarikan itu pun berlanjut
pada pilihan konsentrasi kuliahnya, Fashion Designer. Tak heran, Keira lah yang
paling shock dengan perubahan Dara. Ia pun tak bosan berdebat hampir setiap
hari dengan Dara terkait perubahan-perubahan yang terjadi setiap harinya,
seperti penampilan, shalat tahajud tengah malam, berhenti ke club, berpuasa,
hingga tidak pacaran. Namun, yang paling
mengganggunya adalah penampilan Dara yang menurutnya terlalu kuno alias
tidak fashionable.
Dalam proses perbaikan diri itu,
ia bertemu dengan dua lelaki yang membuatnya bimbang. Richard Wenner dan Brad
Smith. Richard yang sudah tiga tahun menjadi muslim taat, sedang mengambil S2
arsitektur di kampus yang sama dengannya, tampan, kaya, baik pula. Richard
memang menjadi alasan pertama Dara mau mengikuti kajian keislaman yang diadakan
di Masjid Al-Hikmah, Long Disney. Walau pada akhirnya, setelah banyak mendapat
ilmu, ia segera meluruskan niatnya.
Sementara Brad, ia seolah
ditakdirkan selalu bertemu dengan lelaki itu saat ia membutuhkan pertolongan.
Beberapa kali pertemuan terjadi membut Brad dan Dara semakin akrab satu sama
lain. Dara yang terus berusaha menjaga jarak fisiknya namun perlahan tak kuasa
menjaga jarak hatinya dengan Brad. Syukurlah, Brad lelaki baik. Walau ia bukan
muslim, Brad memiliki hati yang baik. Walau terlihat urakan karena gaya khas “anak
band”, ia tetap menawan.
Di dua senja yang berbeda, secara
berurutan, Brad dan Rich menyampaikan isi hati mereka pada Dara. Dara terkejut
sekaligus gamang. Ia harus memilih siapa? Rich yang nyaris sempurna atau Brad
yang belum jelas masa depan dan beda keyakinan dengannya? Namun, hati Dara tak
dapat bohong… Ia tahu siapa yang sedang mengisi hatinya. Ya, Brad Smith.
Hidayah datang pada siapapun.
Saat Dara sedang menjauhkan diri dari Rich dan Brad untuk mendapatkan petunjuk
dari Allah, Brad pun merasa kehidupannya kosong. Kekosongan itu bukan karena
ketidakhadiran Dara di sisinya. Kekosongan itu ada karena ia sendiri tak punya
sandaran selama ini. Ia mulai tak sepaham dengan teman-teman bandnya. Ia mulai
tak menyukai dunia gemerlap yang dulu menjadi pakaiannya. Sejak ia berkenalan
dengan Dara, ia pun banyak mengetahui tentang kebenaran agama islam. Islam tak
seperti yang disangkanya selama ini. Jauh malah. Entah lah, ia hanya merasakan
kedamaian saat melihat Dara begitu menikmati ketaatannya terhadap aturan-aturan
agama Islam. Ia juga telah membaca buku-buku pemberian Dara terkait islam. Pengetahuannya
tentang islam kini sudah jauh lebih banyak daripada dulu. Hingga suatu hari ia
berkonsultasi pada Rich. Rich pun berbagi terkait perjalanannya menjadi seorang
muallaf. Setelah pertemuan itu, Brad semakin mantap dan ia pun meminta bantuan
Rich untuk membimbingnya belajar Islam. Alhamdulillah, jumat yang berkah.
Syahadat berkumandang syahdu dari mulut Brad.
Tiga bulan berlalu sudah. Banyak yang
telah berubah. Cahaya Allah semakin jelas terlihat di langit New York. Dara tak
menyangka justru di kota ini lah ia mendapat hidayah. Kota yang membebaskan
segalanya pada penduduknya, termasuk memilih beragama atau tidak. Hal yang
paling membahagiakan setelah masuk islamnya Brad ialah perubahan pada Keira. Awalnya
Keira memang sangat shock dan menentang perubahan Dara. Namun, Allah punya cara
dalam menyampaikan hidayah-Nya. Keira perlahan lunak, ia mulai meninggalkan
club malam. Ia tak lagi pergi ke pesta. Shalat lima waktu mulai dikerjakan. Dan
yang ajaib, ia tertarik membuat desain baju islami. Awalnya ia membuat itu
untuk Dara agar merubah penampilan yang menurutnya sangat sederhana itu. Sayang,
Dara yang memang sejak awal berazzam untuk tidak lagi berpakaian mencolok
lagi-lagi menolaknya dengan sopan. Tak disangka, akhirnya ia tertarik
memakainya setelah menyadari bahwa pakaian tersebut sesungguhnya nyaman
dipakai. Ia akhirnya memutuskan untuk menutup aurat dan berhijab menurut
gayanya sendiri. Walau bagaimanapun, ini awal yang sangat baik. Dara sangat terkejut
sekaligus bersyukur mengetahui itu.
Mengenai cinta, siapakah yang
dipilih Dara? Rich yang jelas lebih matang dari Brad. Atau Brad yang bahkan
belum menyelesaikan kuliahnya? Makanya, baca novel ini! Hehehe
Kelebihan :
Buku ini sangat menarik. Bahasanya ringan, mudah dipahami. Diksinya bagus. Cara penulis mendeskripsikan kota New York dengan kendahan di setiap sudutnya membuat pembaca menjadi tergugah dan tertarik untuk terbang ke sana. Alurnya mengalir. Konfliknya terasa, memancing emosi pembaca. Novel ini pantas untuk difilmkan!
Kelebihan :
Buku ini sangat menarik. Bahasanya ringan, mudah dipahami. Diksinya bagus. Cara penulis mendeskripsikan kota New York dengan kendahan di setiap sudutnya membuat pembaca menjadi tergugah dan tertarik untuk terbang ke sana. Alurnya mengalir. Konfliknya terasa, memancing emosi pembaca. Novel ini pantas untuk difilmkan!
Kekurangan :
Bagi saya, cerita ini sudah
bagus. Hanya saja, saya merasa kurang puas di bagian akhir. Endingnya membuat
saya penasaran dan tidak bisa tidur semalaman. (Oke. Yang terakhir memang lebay.
Fine.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar