Kamis, 19 Mei 2016

Tahajud Cinta di Kota New York


Judul Novel : Tahajud Cinta di Kota New York
Penulis : Arumi Ekowati
Penerbit : Zettu
Tahun Terbit : 2013
Tebal Buku : 416 halaman

Sinopsis
Novel ini berkisah tentang kehidupan seorang gadis bernama Dara Paramitha di kota besar, New York. Kehidupan barunya dimulai sejak pertemuannya dengan seorang gadis muslimah asal China bernama Aisyah Liu. Pertemuan itu terjadi manakala Dara membantu Aisyah saat ia kesulitan mendapatkan tempat untuk makan siang di kantin kampus. Sebelumnya, alih-alih mendapat tempat kosong, Aisyah Liu justru mendapat cibiran dari mahasiswa-mahasiswa lainnya. Cibiran itu diperoleh akibat penampilannya yang menurut mereka mencolok ditambah image muslim di kota tersebut yang memburuk setelah kejadian hancurnya gedung WTC.

Dara adalah gadis keturunan orang terpandang di Jakarta. Ayahnya pengusaha besar. Selain karena kemampuan finansial, kecerdasan Dara juga menjadi jalan baginya untuk dapat masuk ke Universitas Columbia. Ayahnya berharap kelak ia dapat mengaplikasikan ilmu bisnisnya untuk meneruskan usaha ayahnya.

Secara fisik, Dara gadis Asia yang berkulit sawo matang dan berlesung pipi. Ia tampak manis apalagi ketika tersenyum. Penampilannya modis. Banyak dari pakaian maupun aksesorisnya bermerk mahal. Banyak lelaki di kampus yang diam-diam menyukainya, termasuk Brian. Bedanya, Brian terlalu agresif sehingga membuat Dara jengah. Secara inner, Dara adalah gadis yang supel dan gaul. Ia terbuka pada setiap golongan, agama, ras maupun sosial. Hal itu membuatnya banyak mengenal dan dikenal di kampusnya.

Awalnya, Dara memang sekadar ingin membantu Aisyah Liu untuk memperoleh tempat duduk untuk makan. Namun, pertemuan itu ternyata menjadi awal persahabatan mereka. Melalui gadis bermata sipit itu, Dara meraih hidayah-Nya. Awalnya, Dara hanya tertarik pada penampilan dan perilaku Aisyah yang begitu bersahaja dan santun, tidak seperti banyak gadis muslim di negara asalnya apalagi di tempat dia kuliah saat ini. Sebelumnya, mereka memang sempat satu kelas kuliah, namun Aisyah tidak menyadari bahwa Dara diam-diam memerhatikannya.

Beberapa bulan berlalu, Dara pun mantap berhijrah. Awalnya, Aisyah tidak yakin, namun Dara bersungguh-sungguh menunjukkan keseriusannya. Hal itu benar ia buktikan, tidak sekadar dalam hal penampilan tapi juga ibadah, amal serta perilaku sehari-hari. Ia perlahan menjadi muslimah yang taat. Ia meninggalkan dunia gemerlapnya, seperti; gonta-ganti teman kencan, minum alkohol, memakai pakaian kurang bahan, meninggalkan shalat lima waktu, tidak berpuasa di bulan Ramadhan sejak di New York, dan perilaku-perilaku kelam lainnya.

Awalnya, perubahan itu mendapat perlawanan dari beberapa pihak, terutama sahabatnya sejak SMP yang juga sekaligus teman sekamarnya, Keira. Keira sangat mengenal Dara. Ia dan Dara sama-sama tergila-gila dengan dunia fashion. Ketertarikan itu pun berlanjut pada pilihan konsentrasi kuliahnya, Fashion Designer. Tak heran, Keira lah yang paling shock dengan perubahan Dara. Ia pun tak bosan berdebat hampir setiap hari dengan Dara terkait perubahan-perubahan yang terjadi setiap harinya, seperti penampilan, shalat tahajud tengah malam, berhenti ke club, berpuasa, hingga tidak pacaran. Namun, yang paling  mengganggunya adalah penampilan Dara yang menurutnya terlalu kuno alias tidak fashionable.

Dalam proses perbaikan diri itu, ia bertemu dengan dua lelaki yang membuatnya bimbang. Richard Wenner dan Brad Smith. Richard yang sudah tiga tahun menjadi muslim taat, sedang mengambil S2 arsitektur di kampus yang sama dengannya, tampan, kaya, baik pula. Richard memang menjadi alasan pertama Dara mau mengikuti kajian keislaman yang diadakan di Masjid Al-Hikmah, Long Disney. Walau pada akhirnya, setelah banyak mendapat ilmu, ia segera meluruskan niatnya.

Sementara Brad, ia seolah ditakdirkan selalu bertemu dengan lelaki itu saat ia membutuhkan pertolongan. Beberapa kali pertemuan terjadi membut Brad dan Dara semakin akrab satu sama lain. Dara yang terus berusaha menjaga jarak fisiknya namun perlahan tak kuasa menjaga jarak hatinya dengan Brad. Syukurlah, Brad lelaki baik. Walau ia bukan muslim, Brad memiliki hati yang baik. Walau terlihat urakan karena gaya khas “anak band”, ia tetap menawan.

Di dua senja yang berbeda, secara berurutan, Brad dan Rich menyampaikan isi hati mereka pada Dara. Dara terkejut sekaligus gamang. Ia harus memilih siapa? Rich yang nyaris sempurna atau Brad yang belum jelas masa depan dan beda keyakinan dengannya? Namun, hati Dara tak dapat bohong… Ia tahu siapa yang sedang mengisi hatinya. Ya, Brad Smith.

Hidayah datang pada siapapun. Saat Dara sedang menjauhkan diri dari Rich dan Brad untuk mendapatkan petunjuk dari Allah, Brad pun merasa kehidupannya kosong. Kekosongan itu bukan karena ketidakhadiran Dara di sisinya. Kekosongan itu ada karena ia sendiri tak punya sandaran selama ini. Ia mulai tak sepaham dengan teman-teman bandnya. Ia mulai tak menyukai dunia gemerlap yang dulu menjadi pakaiannya. Sejak ia berkenalan dengan Dara, ia pun banyak mengetahui tentang kebenaran agama islam. Islam tak seperti yang disangkanya selama ini. Jauh malah. Entah lah, ia hanya merasakan kedamaian saat melihat Dara begitu menikmati ketaatannya terhadap aturan-aturan agama Islam. Ia juga telah membaca buku-buku pemberian Dara terkait islam. Pengetahuannya tentang islam kini sudah jauh lebih banyak daripada dulu. Hingga suatu hari ia berkonsultasi pada Rich. Rich pun berbagi terkait perjalanannya menjadi seorang muallaf. Setelah pertemuan itu, Brad semakin mantap dan ia pun meminta bantuan Rich untuk membimbingnya belajar Islam. Alhamdulillah, jumat yang berkah. Syahadat berkumandang syahdu dari mulut Brad.

Tiga bulan berlalu sudah. Banyak yang telah berubah. Cahaya Allah semakin jelas terlihat di langit New York. Dara tak menyangka justru di kota ini lah ia mendapat hidayah. Kota yang membebaskan segalanya pada penduduknya, termasuk memilih beragama atau tidak. Hal yang paling membahagiakan setelah masuk islamnya Brad ialah perubahan pada Keira. Awalnya Keira memang sangat shock dan menentang perubahan Dara. Namun, Allah punya cara dalam menyampaikan hidayah-Nya. Keira perlahan lunak, ia mulai meninggalkan club malam. Ia tak lagi pergi ke pesta. Shalat lima waktu mulai dikerjakan. Dan yang ajaib, ia tertarik membuat desain baju islami. Awalnya ia membuat itu untuk Dara agar merubah penampilan yang menurutnya sangat sederhana itu. Sayang, Dara yang memang sejak awal berazzam untuk tidak lagi berpakaian mencolok lagi-lagi menolaknya dengan sopan. Tak disangka, akhirnya ia tertarik memakainya setelah menyadari bahwa pakaian tersebut sesungguhnya nyaman dipakai. Ia akhirnya memutuskan untuk menutup aurat dan berhijab menurut gayanya sendiri. Walau bagaimanapun, ini awal yang sangat baik. Dara sangat terkejut sekaligus bersyukur mengetahui itu.

Mengenai cinta, siapakah yang dipilih Dara? Rich yang jelas lebih matang dari Brad. Atau Brad yang bahkan belum menyelesaikan kuliahnya? Makanya, baca novel ini! Hehehe

Kelebihan :
Buku ini sangat menarik. Bahasanya ringan, mudah dipahami. Diksinya bagus. Cara penulis mendeskripsikan kota New York dengan kendahan di setiap sudutnya membuat pembaca menjadi tergugah dan tertarik untuk terbang ke sana. Alurnya mengalir. Konfliknya terasa, memancing emosi pembaca. Novel ini pantas untuk difilmkan!

Kekurangan :
Bagi saya, cerita ini sudah bagus. Hanya saja, saya merasa kurang puas di bagian akhir. Endingnya membuat saya penasaran dan tidak bisa tidur semalaman. (Oke. Yang terakhir memang lebay. Fine.)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar